Gelotophilia dan Katagelasticism: Senang Ditertawakan dan Menertawakan


Pada postingan Desember lalu, saya pernah berjanji untuk memberikan penjelasan tentang gelotophilia (senang ditertawakan) dan katagelasticism (senang menertawakan). Nah, sekarang tiba saatnya untuk memenuhi janji tersebut. Sebenarnya agak sulit juga mendapatkan jurnal ilmiahnya berhubung konsep ini masih tergolong sangat baru. Tapi, tidak ada yang tidak mungkin kalau kita berusaha kan. Here we go....

Gelotophilia

Kalau orang dengan gelotophobia menganggap bahwa tertawaan orang lain merupakan senjata untuk menjatuhkan mereka, maka pada gelotophilia, seseorang justru secara berlebihan merasa senang ditertawakan oleh orang lain. Secara umum, kita dapat melihat bahwa gelotophilia ini adalah kebalikan dari gelotophobia. Gelotophiles (orang dengan gelotophilia) mencari situasi di mana mereka dapat membuat orang lain menertawakan mereka. Mungkin kita akan langsung menghubungkannya dengan orang senang membuat lelucon dan cerita lucu di depan penonton yang mereka ketahui atau tidak ketahui dengan baik. Akan tetapi, gelotophilia tidak hanya tentang menceritakan lelucon atau cerita lucu (yang mungkin telah disiapkan sebelumnya) untuk menyenangkan orang lain tetapi juga mencakup menceritakan cerita memalukan atau situasi aneh atau ketidakberuntungan yang terjadi pada diri mereka sendiri untuk membuat orang lain menertawakan ketidakberuntungan tersebut. Situasi ini biasanya menyangkut situasi di mana orang tersebut melakukan sesuatu yang bodoh, lucu atau sesuatu yang memalukan atau kesialan yang menimpa dirinya. Gelotophile tidak keberatan menceritakan hal ini bahkan kepada orang yang tidak dikenal sekalipun dan membuat orang lain menertawakan mereka. Mereka tidak merasa malu, malah menikmati berbagi pengalaman tersebut dengan orang lain. Mereka secara aktif mencari situasi di mana mereka dapat membuat orang lain (bahkan yang tidak dikenal dengan baik sekalipun) untuk menertawakan mereka.

Tidak seperti gelotophobes, gelotophile tidak menginterpretasikan tawa orang lain sebagai tanda inferioritas melainkan tanda penerimaan. Dalam membuat orang lain tertawa, mereka tidak mencoba untuk menjatuhkan diri sendiri tetapi merasa senang akan situasi ini. Beberapa pakar berpikir bahwa kemampuan menertawakan diri sendiri merupakan komponen penting dalam rasa humor, bahkan kemampuan belajar untuk menertawakan orang lain digunakan dalam program terapi tertentu. Akan tetapi gelotophilia berbeda dengan konsep tersebut, karena gelotophile memerlukan orang lain (penonton) dan menertawakan diri sendiri tidak khusus memerlukan penonton.

Katagelasticism

Katagelasticism berasal dari bahasa Yunani-katagelao-yang artinya menertawakan. Katagelasticist (orang dengan katagelasticism) menggambarkan orang yang secara aktif mencari dan menikmati situasi di mana mereka dapat menertawakan orang lain. Mereka juga tidak ragu untuk mengambil keuntungan pada situasi di mana orang lain berperilaku menggelikan atau situasi di mana mereka dapat membuat lelucon atas orang lain. katagelsticist tidak hanya merupakan orang yang memainkan lelucon yang tidak berbahaya kepada orang lain, tetapi juga orang yang tidak ragu mempermalukan orang lain, di luar apa yang diterima oleh budaya yang diterima di banyak negara (contohnya lelucon hari April Fool day). Perilakunya dapat digolongkan antisosial atau kasar. Contohnya, katagelasticist menganggap bahwa menertawakan orang lain adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dan bahwa orang yang tidak suka ditertawakan, harus melawan. Jika tak mampu melawan, salahkan diri sendiri. Katagelasticist tidak merasa bersalah saat menertawakan orang lain atau menonton kesialan orang lain.
Yang lebih berbahayanya lagi, katagelasticist ini mengobservasi orang lain sangat ketat dan jika mereka melihat ada kesempatan untuk mengolok-olok, mereka tak akan menyia-nyiakan kesempatan.

Tidak seperti gelotophile, mereka tidak membuat diri lucu sehingga orang tertawa, tetapi mereka juga tidak takut akan tertawaan orang lain. Katagelasticist yang ditertawakan akan segera berpikir cepat untuk merespon orang yang menertawakannya (mungkin seperti satu mata untuk satu mata, satu telinga dibayar satu telinga). Orang lain mungkin mendeskripsikan katagelasticist sebagai orang berlidah tajam yang tidak ragu untuk mengatakan sesuatu yang tidak baik atau kasar demi lucu-lucuan dan sebuah tawa. Katagelasticist mungkin melampaui batas dan sebuah lelucon yang mulanya tak berbahaya dapat mengakibatkan akibat serius (seperti putusnya tali persahabatan atau perselisihan).

Hubungan antara gelotophobia, gelotophilia dan katagelasticism

Tidak ada hubungan antara gelotophobia dan katagelasticism. Hal tersebut berarti ada gelotophobe yang menjaili orang lain meskipun mereka tahu lelucon itu tidak menyenangkan dan ada juga yang tidak melakukan hal tersebut. Gelotophobia dan gelotophilia tidak memandang faktor demografis seperti usia dan gender, tetapi katagelasticist umumnya adalah pria, berusia muda, dan tidak mempunyai hubungan (single). Baik gelotophobia maupun katagelasticism berhubungan dengan gelotophilia tetapi dengan cara yang berbeda. Gelotophilia dan gelotophobia tentu saja berhubungan negatif. Gelotophobe tidak akan secara aktif mencari situasi di mana orang menertawakan dirinya. Gelotophile juga tidak akan menunjukkan kecenderungan gelotophobia. Sebaliknya gelotophilia berhubungan positif dengan katagelasticism. Hal ini menunjukkan bahwa gelotophilia menikmati menghibur orang lain dengan membuat dirinya tampak konyol tetapi juga tidak keberatan mengolok-olok orang lain.

Nah, setelah membaca deskripsi di atas, apakah Anda merasa tergolong pada salah satu di antaranya? Jika ya, segera periksakan diri Anda.

Sumber:
Ruch, W., & Proyer, R. T. (2009). Extending the study of gelotophobia: On gelotophiles and katagelasticists. Humor: International Journal of Humor Research, 22(1-2), 183-212.

Gambar diambil dari: FreeDigitalPhotos.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awas Bising!

Eksperimen-Eksperimen Klasik yang Menarik Perhatianku

Culture Shock: Shock Karena Bertemu Budaya yang Berbeda