Gelotophobia: Ketika Tawa berubah jadi Lara


Apakah Anda menghindari situasi sosial karena takut ditertawakan atau diejek?
Apakah Anda khawatir kalau orang berpikir Anda tidak terlibat bersahabat dengan mereka atau berpkir kalau Anda tidak punya rasa humor?
Apakah Anda sulit mengetahui apa yang harus dikatakan pada orang lain dengan cara yang natural? Seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi momennya sudah berlalu sebelum Anda mengatakannya, kemudian itu membuat anda tampak konyol?
Apakah ANda memiliki harga diri yang rendah karena perasaan tidak kompeten dalam situasi sosial?
Ketika orang sedang berbicara atau tertawa, apakah badan Anda terasa tegang, yang kemudian membuat tubuh Anda membatu dan kaku, bukannya natural dan relaks?
Apakah Anda berpikir bahwa Anda bukanlah orang yang spontan dan tidak mengalami banyak momen menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari Anda?
Apakah Anda khawatir terlihat konyol di hadapan orang lain?
Setelah menghadiri suatu acara sosial, apakah Anda khawatir akan penampilan Anda di hadapan orang lain?

Jika Anda menjawab Ya pada pertanyaan-pertanyaan di atas, mungkin ini saatnya memeriksakan diri. Barangkali anda menderita gelotophobia. Sebelumnya ijinkan saya memberi sedikit penjelasan tentang gelotophobia.

Gelotophobia merupakan ketakutan ditertawakan, atau ketakutan tampak konyol di hadapan orang lain yang mungkin akan menertawakanmu. Takut pada dasarnya merupakan emosi dasar manusia yang berfungsi mempersiapkan kita akan datangnya bahaya. Namun ketika ketakutan kita tidak kunjung pergi, menghambat kehidupan sehari-hari kita, dan merupakan ketakutan yang irasional, ketakutan tersebut dinamakan fobia.

Orang yang menderita gelotophobia tidak mampu membedakan antara tawa yang wajar dan alamiah dengan tawa yang mengejek dan merendahkan. Akibatnya, sekedar canda tawa yang kita anggap biasa dalam bersosialisasi dapat diinterpretasikan lain oleh mereka. Semua bentuk tawa dapat diterjemahkan sebagai ejekan yang menertawai mereka. Psikolog Willibald Ruch dari Universitas Zurich mengatakah bahwa mereka tampaknya memiliki masalah dalam menginterpretasikan humor dengan benar. Mereka mungkin tidak mengerti sisi positif dari humor dan tidak dapat merasakannya dalam cara yang hangat, melainkan merasa bahwa hal tersebut punya maksud untuk menjatuhkan orang lain. Orang dengan gelotophobia merasakan intensitas ditertawakan lebih tinggi dan dalam waktu yang lama, serta membutuhkan waktu yang lama pulan untuk menenangkan diri.

Kabar baiknya berdasarkan studi lintas negara, ilmuwan sekarang berpandangan bahwa gelotophobia bukanlah sebuah gangguan tetapi trait (sifat). Psikolog René Proyer mengatakan bahwa setiap orang merasakan ketakutan ditertawakan dalam level yang tertentu, dari sedikit takut sampai amat sangat takut, atau ketakutan patologis. Ilmuwan merancang kuesioner untuk mengukur ketakutan untuk ditertawakan. Beberapa versi onlinenya dalam bahasa Inggris dapat ditemukan di sini dan di sini.

Studi psikolog Tracey Platt tentang emosi, menemukan bahwa orang dengan gelotophobia mungkin juga memiliki masalah dalam menangkap tanda-tanda sosial yang berhubungan dengan senyum dan tawa. Tawa palsu, tawa terbahak-bahak, tawa dengki, dan tawa-tawa kecil semuanya dipandang dengan cara pandang mereka sendiri. Platt dalam studi terbarunya, merancang skenario untuk mensimulasikan situasi menggoda dan situasi mengganggu/menindas dimana tawa sering terjadi, dan hasilnya, mereka tidak mampu membedakan keduanya.


Ilmuwan mengatakan bahwa studi tentang gelotophobia masih sangat baru, walaupun berbagai studi terbaru telah menyediakan dasar dalam memahaminya.
Menarik untuk dilihat bahwa senyum dan tawa yang secara alamiah membuat kita senang dan bahagia, justru dapat mebuat orang lain merasa malu atau sakit hati.

Dalam tulisan mendatang, mungkin kita juga akan mendiskusikan tentang gangguan lain yang berhubungan dengan tawa, seperti: gelotophilia (senang ditertawakan) atau katagelasticism (senang menertawakan).
Atau mungkin juga kita akan membahas tentang senyum Duchenne (senyum kesenangan yang sebenarnya-untuk membedakannya dari senyum palsu).
Kita lihat saja nanti. he...he....




Referensi:
Gaidos, S.. (2009, August). when humor humiliates. Science News, 176(3), 19-22. Retrieved December 20, 2009, from ProQuest Education Journals. (Document ID: 1815184431).
Kompas. 16 Oktober 2009. Sssttt... Anda Takut Ditertawakan? (http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/10/16/10120992/sssttt....anda.takut.ditertawakan)
www.gelotophobia.org
www.gelowebs.com

Gambar diambil dari: http://therobot.org/wp-content/uploads/2007/06/0202.jpg

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awas Bising!

Eksperimen-Eksperimen Klasik yang Menarik Perhatianku

Culture Shock: Shock Karena Bertemu Budaya yang Berbeda