Hyperthymesia, Reliving The Past

Kata amnesia mungkin sudah sangat familiar bagi kebanyakan orang, terlebih lagi didukung oleh sejumlah sinetron atau drama yang mengisahkan kasus amnesia (walau sebenarnya tidak terjadi semudah akibat pukulan di kepala, dan jarang sekali mengakibatkan orang melupakan jati dirinya). Kalau dalam kasus amnesia, si penderita kesulitan mengakses memori masa lalunya, berbeda halnya dengan kasus hyperthymesia. Hyperthymesia atau autobiographical memory, atau ada juga yang menyebutnya hyperthymestic syndrome diambil dari kata Yunani, "thymesis" artinya mengingat (Parker, Cahill, & McGaugh, 2006) dan merupakan kasus yang sangat jarang terjadi. Terdapat dua kasus yang terdokumentasikan dalam jurnal penelitian. Dalam kedua kasus tersebut, para subjek (masing-masing dirujuk sebagai "AJ" dan "HK") menunjukkan kemampuan untuk mengingat kembali dengan sangat rinci tentang peristiwa-peristiwa dalam kehidupan mereka. Ingatan mereka sangat mendetail dari hari & tanggal terjadinya, cuaca ataupun suasana saat itu, apa yang mereka lakukan ataupun emosi yang mereka rasakan saat itu, bahkan peristiwa-peristiwa penting di dunia yang terjadi bersamaan dengan hari tersebut.  Kemampuan mengingat ini berbeda dengan praktek mnemonic di mana orang-orang yang melakukannya mampu mengingat informasi baru dengan teknik-teknik tertentu yang diasah melalui latihan-latihan. Hyperthymesia terjadi secara alamiah dan tidak diperoleh dengan serangkaian latihan. Hal yang diingat pun bukanlah rentetan informasi yang tidak bermakna seperti daftar kata-kata atau urutan angka-angka, melainkan peristiwa-peristiwa masa lalu yang sifatnya personal dan memiliki arti bagi orang tersebut. Mereka menghabiskan banyak waktu memikirkan masa lalu. Berikut adalah penjabaran masing-masing kasus.

"AJ"
Kasus AJ merupakan kasus yang pertama kali dilaporkan dalam sebuah jurnal penelitian ilmiah. Parker, Cahill, dan McCaugh (2006) mendeskripsikan bagaimana seorang wanita berumur 34 tahun (ketika pertama kali menghubungi peneliti) yang kemudian dirujuk dengan inisial AJ mengingat kembali peristiwa-peristiwa masa lalunya dengan jelas. AJ diwawancarai secara mendalam mengenai sejarah dan memorinya. AJ menulis diary sejak berusia 10 tahun dan ingatan-ingatan personal tentang dirinya diverifikasi melalui isi buku hariannya. Proses verifikasi dilakukan dengan meminta AJ untuk membawa sekotak buku hariannya, kemudian peneliti melakukan pengecekan terhadap serangkaian tanggal yang diungkapkan AJ dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya. Ibunya melakukan verifikasi pada sejumlah fakta. Kemampuannya untuk mengingat kembali sejumlah tanggal dan kejadian penting diuji berdasarkan sebuah buku tentang berita peristiwa dunia selama 100 tahun terakhir. Kemampuannya untuk menyebutkan hari apa untuk tanggal tertentu dicek melalui kalender. Selain itu, tes neuropsikologis, tes memori, serta serangkaian tes lain untuk mengukur fungsi intelektual secara umum juga dilakukan terhadap AJ.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika diberikan sebuah tanggal, AJ akan langsung dapat menceritakan ingatannya. Dia tidak tahu pertanyaan apa yang akan diajukan sehingga dia tidak punya persiapan untuk menghafal sebelumnya. Peristiwa yang ia ceritakan kemudian diverifikasi melalui buku hariannya. AJ memberi tahu peneliti bahwa dia dapat "melihat harinya" khususnya setelah umur 13 tahun. Pada  tahun 2003, peneliti menguji AJ dengan memintanya untuk menuliskan semua tanggal Paskah dari tahun 1980. AJ dapat menuliskan dengan benar semua kecuali satu tanggal dalam waktu kurang dari 10 menit, dan dengan inisiatifnya sendiri, menuliskan peristiwa-peristiwa yang dia lakukan pada hari tersebut. Dua tahun kemudian, tanpa pemberitahuan sebelumnya, AJ kembali diminta menuliskan tanggal-tanggal Paskah dan kali ini dapat menuliskan semua tanggal dengan benar dalam waktu kurang dari 10 menit. Catatan pribadi tentang hal yang dia lakukan pada setiap tanggal Paskah tersebut sama dengan yang pernah ia tuliskan dua tahun sebelumnya. AJ juga mampu mengingat suatu peristiwa ketika diberikan tanggal dan mengingat tanggal ketika diberikan suatu peristiwa, jika pertanyaan yang diajukan dalam area minatnya dalam periode ingatannya yang bagus (sekitar usia 14 tahun dan setelahnya). Dia dapat memberitahukan jatuh pada hari apa untuk tanggal-tanggal yang berada dalam kalender mentalnya.


Berlawanan dengan kemampuan memori autobiografinya yang luar biasa, dia bukan pengingat yang berbakat. Kemampuannya untuk mengingat informasi baru tidak berbeda dengan orang normal. Dia tidak unggul dalam mata pelajaran sejarah ataupun menghafal puisi. Hasil tes inteligensi juga menunjukkan bahwa kemampuan umumnya berada pada taraf rata-rata. Kemampuan memori autobiografinya membuatnya lebih banyak merenungi masa lalu, dibanding berorientasi pada masa sekarang dan masa depan. Selain itu, dari sejarah medis dan psikologisnya, diketahui AJ pernah mengkonsumsi obat-obatan untuk mengatasi kecemasan, melaporkan sejumlah fobia, dan mengatakan bahwa dia "selalu membutuhkan keteraturan" bahkan menyebut dirinya sendiri "gila kerapian". Dia akan sangat marah kalau posisi barang-barangnya dipindahkan. Kedekatannya yang sangat kuat dengan tempat-tempat dan barang-barang yang familiar seringkali diceritakan. Dia telah tinggal dengan orang tuanya hampir sepanjang hidupnya, bahkan setelah menikah (suatu hal yang tidak umum di Amerika, mengingat kebanyakan remaja yang telah berusia sekitar 18 tahun ke atas atau sudah dianggap dewasa, akan pindah dari rumah orang tua dan memulai kehidupan mandiri).Hal inilah yang membuat Gary Marcus (2009) dalam sebuah tulisannya di web berpendapat bahwa AJ (yang saat itu telah dipublikasikan dengan nama aslinya) menampilkan perilaku yang mirip dengan Obsessive-Compulsive Disorder atau disingkat OCD. Bahkan dari wawancara dengan AJ secara pribadi, diketahui bahwa saat otak AJ di-scan pada sekitar tahun 2006, dokter menyatakan (walau menolak mendiskusikannya di publik) bahwa otak AJ menyerupai mereka yang menderita OCD.

"HK"
Kasus hyperthymesia mencoba dijelaskan secara berbeda oleh Ally, Hussey, dan Donahue (2012). Mereka menambah satu kasus hyperthymesia lagi dalam literatur ilmiah dengan mengungkapkan kasus unik lain. Para peneliti tersebut melakukan studi intelektual, kognitif, dan neuroimaging kepada seorang pria berusia 20 tahun berinisial HK. Sejarah medis HK membuatnya unik, karena dia terlahir prematur pada usia 27 minggu dan menderita Retinopathy of Prematurity (ROP) yang membuatnya buta total. Dalam rangka memahami latar belakang kemampuan memori autobiografi HK yang luar biasa, dilakukan tiga fase investigasi. Pertama HK akan menjalani sejumlah tes intelektual  dan memori untuk memahami keunikan kinerja memori autobiografinya dibandingkan fungsi kognitif lainnya. Kedua, para peneliti kemudian menanyakan setidaknya empat tanggal biasa dari setiap tahun hidupnya, untuk melihat akurasi/ketepatan ingatan HK. Peristiwa-peristiwa dalam setiap tanggal yang diberikan diverifikasi melalui buku harian yang disimpan oleh nenek HK, wawancara dengan keluarganya, catatan medis elektronik di RS Universitas Vanderbilt dan internet. Peneliti juga mengembangkan wawancara berdasarkan karya sebelumnya di bidang ini, dan wawancara terstruktur untuk memahami pengalaman pribadi HK tentang memori autobiografinya. Terakhir, HK dan para sukarelawan yang sehat menjalani analisis neuroimaging.

Hasil menunjukkan bahwa HK memiliki tingkat inteligensi rata-rata, sama dengan kasus AJ sebelumnya. Asesmen terhadap memori autobiografinya menunjukkan bahwa ketepatan ingatan HK mencapai 100%. HK menyatakan bahwa segala hal tentang memorinya mencakup suara, aroma, emosi, secara jelas kembali dirasakannya ketika mengingat kembali suatu peristiwa di masa lalu. Dia juga menyatakan bahwa dia tidak terus merenungi ingatan-ingatannya, tetapi menjadi rutinitas sehari-hari ketika bangun pagi, dia akan langsung memikirkan tanggal tertentu di masa lalunya. Analisis neuroimaging menunjukkan bahwa HK memiliki amygdala kanan yang secara signifikan lebih besar dibandingkan orang lain di kelompok kontrol. Koneksi antara amygdala dan hippocampus juga meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut, para peneliti kemudian merujuk amygdala, khususnya amygdala kanan memainkan peranan penting dalam proses pengkodean dan pemanggilan kembali memori autobiografi dengan cara menambahkan aspek emosi atau sosial pada memori autobiografi.

Baik kasus AJ maupun HK menunjukkan bahwa mereka tidaklah memiliki kemampuan inteligensi yang luar biasa. Satu persamaan yang bisa kita lihat di sini, adalah keduanya memiliki kebiasaan memikirkan masa lalu yang lebih sering dibandingkan orang-orang pada umumnya. Hal inilah yang mungkin menjadi salah satu faktor penyumbang keberhasilan mereka mengingat dengan baik tentang detail-detail peristiwa masa lalu mereka. Sisanya masih menjadi perdebatan.

Referensi:
Brandon A. Ally, Erin P. Hussey & Manus J. Donahue (2012): A case of hyperthymesia:
rethinking the role of the amygdala in autobiographical memory, Neurocase: The Neural Basis of Cognition,
DOI:10.1080/13554794.2011.654225

Elizabeth S. Parker, Larry Cahill, & James L. McGaugh (2006): A Case of unusual autobiographical remembering, DOI: 10.1080/13554790500473680

Gary Marcus (2009): Total recall: The woman who can't forget (http://www.wired.com/wired/issue/17-04)

Free image courtesy of FreeDigitalPhotos.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awas Bising!

Eksperimen-Eksperimen Klasik yang Menarik Perhatianku

Culture Shock: Shock Karena Bertemu Budaya yang Berbeda