Buka-Bukaan di Dunia Maya


Di era digital seperti ini, semakin banyak orang yang menggunakan situs jejaring sosial,seperti Facebook, MySpace, Twitter, dsb. Situs-situs tersebut memiliki jutaan pengguna di seluruh dunia dan dengan rentang usia yang beragam. Para pengguna situs membangun dan mempertahankan hubungan di dunia maya. Dalam membangun itu, para pengguna menyediakan informasi pribadi pada profil mereka. Seberapa banyak yang masih berada dalam ranah privasi mereka, seberapa banyak yang diungkap, seberapa akuratkah informasi yang diberikan. Beberapa pakar mencoba meneliti hubungan para pengguna melalui informasi yang mereka sediakan kepada pengguna lain di internet.

Paradoks privasi

Para pengguna internet sering menyatakan bahwa mereka khawatir dengan privasi mereka, namun sering mengungkap detil informasi pribadinya pada profil mereka. Penelitian Gross dan Acquisti pada tahun 2005 menemukan bahwa dari 4000 siswa pengguna Facebook, hanya sebagian kecil yang mengubah pengaturan privasi awal. Penelitian tahun 2008 oleh Thelwall menemukan bahwa dari 20.000 Profil MySpace yang ia teliti,hanya 27% yang diatur "private". Remaja sekarang menampilkan dengan mudah informasi pribadi yang semula dianggap private, seperti usia, jalur politik, penghasilan, agama, dan kecenderungan seksual. Paradoks privasi tersebut terjadi mungkin karena pengguna terjebak dalam dua motif yang saling bertentangan: kekhawatiran akan privasi dan manajemen kesan. Seorang pengguna hanya dapat diidentifikasikan oleh kenalan lama dengan melihat profil mereka, atau pengguna juga dapat mengesankan calon pemberi kerja atau teman kencan dengan data profil mereka. Akan tetapi, penelitian terbaru oleh Utz dan Krämer menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sensitivitas terhadap isu privasi. Mayoritas pengguna kini telah mengganti pengaturan privasi awal mereka menjadi pengaturan yang lebih terbatas. Kebanyakan pengguna kini telah melindungi profil mereka (Utz & Krämer, 2009).

Pengungkapan diri (self disclosure)

Setelah melihat bagaimana para pengguna situs jejaring sosial melindungi profil mereka, lalu kepada siapa pengguna situs terbuka? Hasil survei terhadap 243 siswa menunjukkan bahwa kita memberitahukan rahasia pribadi kita di Facebook hanya kepada orang yang kita sukai. Meskipun para pengguna tidak dapat melihat tanda-tanda non-verbal, mereka masih tetap merasa dapat memprediksikan perilaku teman Facebook mereka. Penemuan tersebut mendukung teori Uncertainty Reduction, yaitu makin banyak para pengguna FB bicara, makin sedikit ketidakpastian yang mereka alami dan mampu saling menyukai satu sama lain. Apabila pengguna semakin merasakan kepastian tentang perilaku pengguna lain, pengguna tersebut semakin percaya kepada mereka, dan semakin mereka percaya kepada pengguna lain, semakin mereka saling terbuka (Sheldon,2009).

Kebohongan dunia maya

Apakah semua yang diungkapkan adalah kenyataan? Apakah ketika pengguna terbuka, hal yang mereka ungkapkan semuanya benar? Konečný (2009) meneliti frekuensi kebohongan dalam berbagai lingkungan virtual dengan subjek kebohongan yang beragam: kebohongan tentang usia, gender, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, dan penampilan. Hasil penelitian dibandingkan dengan mengelompokkan 914 subjek ke dalam tiga kelompok: remaja (12-18), dewasa awal (19-26), dan dewasa (27+). Mereka meneliti siapakah yang paling sering dibohongi dan tidak menemukan perbedaan signifikan antara pria dan wanita. Akan tetapi berbohong kepada sesama gender lebih sering dilakukan wanita dan berbohong kepada grup atau kelompok lebih sering terjadi pada pria. Kelompok usia yang paling muda lebih sering berbohong tentang umur dan penampilan fisik mereka dan kebanyakan terjadi di ruang chat. Kelompok usia pertengahan lebih sering berbohong tentang pekerjaan dan penghasilan. Hal tersebut khususnya terjadi pada pria,sementara untuk wanita lebih sering berbohong tentang penampilan. Kelompok usia tertua lebih terpusat pada penghasilan untuk pria; penampilan serta daya tarik untuk wanita, serta usia bagi kedua kelompok gender.
Hasil survei tersebut meskipun tidak menspesifikkan secara detail tentang penggunaan situs jejaring sosial, dapat menjadi referensi kita tentang bagaimana seseorang berperilaku di internet.

Dengan mengetahui bagaimana perilaku para pengguna lain di internet, dapat membuat kita lebih hati-hati terhadap informasi yang kita terima di internet, terutama dari orang yang tidak kita kenal dengan baik di situs jejaring sosial. Namun, kita juga tidak perlu jadi paranoid, dan menghindari memberikan info kita di internet, karena internet ibarat mata uang, juga memiliki sisi lain yang memudahkan dan menguntungkan kita, para penggunanya.


Referensi:

Konečný, Š. (2009). Virtual Environment and Lying: Perspective of Czech Adolescents and Young Adults. Cyberpsychology: Journal of Psychosocial Research on Cyberspace, 3(2), article 4.
http://cyberpsychology.eu/view.php?cisloclanku=2009111201&article=4

Sheldon, P. (2009). "I'll poke you. You'll poke me!" Self-disclosure, social attraction, predictability and trust as important predictors of Facebook relationships . Cyberpsychology: Journal of Psychosocial Research on Cyberspace, 3(2), article 1.
http://cyberpsychology.eu/view.php?cisloclanku=2009111101&article=1

Utz, S., & Krämer, N. (2009). The privacy paradox on social network sites revisited: The role of individual characteristics and group norms. Cyberpsychology: Journal of Psychosocial Research on Cyberspace, 3(2), article 2.
http://cyberpsychology.eu/view.php?cisloclanku=2009111001&article=2

Gambar: Francesco Marino / FreeDigitalPhotos

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awas Bising!

Eksperimen-Eksperimen Klasik yang Menarik Perhatianku

Culture Shock: Shock Karena Bertemu Budaya yang Berbeda