Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

Banyak Uang = Bahagia, Benarkah?

Gambar
Apakah uang bisa membuat saya bahagia? Pertanyaan klasik dan populer tersebut telah menjadi perhatian peneliti dalam berbagai bidang. Diener, Ng, Harter, dan Arora (2010) termasuk di antaranya. Penelitian mereka mengambil sampel di seluruh dunia melalui Gallup World Poll tahun 2005-2006. Terdapat 132 negara yang terlibat (termasuk Indonesia) dalam poling tersebut dan ukuran sampel yang terlibat dalam penelitian ini adalah 136.839 responden berusia 15 tahun ke atas. Setiap negara rata-rata diwakili oleh 1.061 responden. Variabel penelitian yang terlibat yaitu kesejahteraan subjektif (referensi kata yang lebih sering digunakan untuk menggambarkan kebahagiaan dalam penelitian-penelitian ilmiah) dan Kemakmuran. Kesejahteraan subjektif dibedakan atas evaluasi hidup (penilaian reflektif tentang kehidupan individu dibandingkan dengan yang diharapkan oleh individu tersebut) dan perasaan (positif dan negatif), sementara kemakmuran dibagi atas kemakmuran ekonomi dan kemakmuran sosial psikol

Sisi Psikologis Sebuah Cerita

Gambar
Beberapa minggu lalu, saya menonton sebuah film produksi Disney: Bedtime Stories . Film tersebut bercerita tentang seorang teknisi hotel yang kurang beruntung - Skeeter Bronson (Adam Sandler) yang hidupnya berubah ketika cerita-cerita sebelum tidur yang ia sampaikan kepada keponakannya menjadi kenyataan dengan cara yang misterius. Ketika Ia menceritakan cerita-cerita aneh kepada keponakan yang dititipkan padanya, tambahan cerita oleh keponakannya yang tak disangka-sangka pada bagian-bagian cerita, berubah menjadi kenyataan dalam hidup Steeker di "dunia nyata". Film tersebut mungkin tidak akan terjadi pada dunia kita, walau kita memang kadang bercerita tentang kehidupan kita sendiri atau menyukai cerita yang mirip dengan kehidupan kita. Sewaktu kita kecil, kita berharap cerita-cerita indah menjadi nyata (dengan berkhayal menjadi putri dalam dongeng atau ksatria pembela kebanaran), atau orang tua mengajarkan kita kebaikan dari cerita-cerita rakyat yang disampaikan. Pada posti

Mengapa Remaja Terlibat Tindak Kriminal?

Gambar
Banyak alasan mengapa orang terlibat tindak kriminal. Di negara-negara berkembang, faktor ekonomi menjadi alasan terkuat. Bagi remaja, proses pencarian jati diri bisa menjadi faktor pendukung. Tahukah Anda bahwa ada alasan unik lain? Timothy Brezina dan Volkan Topali dari Georgia State University Criminal Justice dan ekonom Erdal Tekin berpendapat bahwa semakin tinggi kecenderungan remaja berpikir bahwa mereka akan mati muda, makin tinggi pula kecenderungan mereka untuk terlibat dalam aktivitas kriminal dan kekerasan. Mereka menjelaskan bahwa meskipun kriminal muda menyadari resiko cedera, kematian, atau hukuman, kemungkinan rentang hidup yang lebih pendek mendorong mereka untuk berfokus pada "di sini dan sekarang" (here and now). Oleh karena itu, mereka cenderung terlibat aksi kriminal jika berpikir mereka akan mati. Hal ini bertentangan dengan apa yang selama ini dipikirkan orang bahwa kebanyakan orang yang berpikir bahwa dia akan mati akan depresi dan tidak akan melakukan

Gelotophilia dan Katagelasticism: Senang Ditertawakan dan Menertawakan

Gambar
Pada postingan Desember lalu , saya pernah berjanji untuk memberikan penjelasan tentang gelotophilia (senang ditertawakan) dan katagelasticism (senang menertawakan). Nah, sekarang tiba saatnya untuk memenuhi janji tersebut. Sebenarnya agak sulit juga mendapatkan jurnal ilmiahnya berhubung konsep ini masih tergolong sangat baru. Tapi, tidak ada yang tidak mungkin kalau kita berusaha kan. Here we go.... Gelotophilia Kalau orang dengan gelotophobia menganggap bahwa tertawaan orang lain merupakan senjata untuk menjatuhkan mereka, maka pada gelotophilia, seseorang justru secara berlebihan merasa senang ditertawakan oleh orang lain. Secara umum, kita dapat melihat bahwa gelotophilia ini adalah kebalikan dari gelotophobia. Gelotophiles (orang dengan gelotophilia) mencari situasi di mana mereka dapat membuat orang lain menertawakan mereka. Mungkin kita akan langsung menghubungkannya dengan orang senang membuat lelucon dan cerita lucu di depan penonton yang mereka ketahui atau tidak keta